Textbook
Moga Bunda Disayang Allah
Judul: Moga Bunda Di Sayang Allah Penulis: Tere-Liye Penerbit REPUBLIKA Sinopsis: Buku ini diangkat dari salah satu kisah nyata paling mengharukan dan ditulis kembali dari salah satu film terbaik sepanjang masa. Isi buku ini memperlihatkan bagaimana perjuangan dan kasih sayang seorang bunda terhadap anak perempuannya yang menderita buta dan tuli pada saat si anak berusia 3 thn. Betapa sabar, ikhlas dan tawakalnya bunda tersebut dalam menghadapi segala cobaan yang Allah SWT berikan. Dibuku ini juga kita diperlihatkan bahwa seseorang yang menderita buta, bisu dan tuli, masih mampu mencerna kebiasaan yang diajarkan kepadanya meski ia tidak punya akses untuk belajar. Dari buku ini kita diajarkan bahwa : jika kalian sedang bersedih, jika kalian terpagut masa lalu yang menyedihkan, penuh penyesalan seumur hidup, salah satu obatnya adalah dengan menyadari masih banyak orang lain yang lebih sedih dan mengalami kejadian yang lebih menyakitkan dibandingkan dengan kalian. Masih banyak orang lain yang tidak lebih beruntung dari dibandingkan kita. Hal ini memberikan pengertian bahwa hidup ini belum berakhir dan akan membuat kita selalu menyakini bahwa setiap satu mahkluk berhak atas satu harapan. Novel Moga Bunda Disayang Allah ini adalah novel karangan Tere-Liye kedua yang diterbitkan oleh Republika yang bercerita tentang kanak-kanak. Cerita ini diilhami dari kisah nyata Hellen Adams Keller. Keller lahir 27 Juni 1880 di Alabama. Ia sebenarnya tidak terlahir buta dan tuli ( sekaligus bisu), hingga usia 19 ketika keterbatasan itu datang. Ibunya membawa Hellen menemui Alexander Graham Bell yang saat itu sedang menangani anak-anak tuli. Bell, menyarankan Hellen dan ibunya ke Institute Perkins for The Blind, di Boston. Institut ini lalu mengirimkan Anne Sullivan untuk menjadi guru Hellen. Tahun 1980, Hellen mulai belajar bicara dengan menggunakan metode Tadoma. Metode Tadoma adalah metode berbicara menggunakan gerakan tangan, menyentuh bibir dan menyentuh leher. Ibu jari dibibir pembicara dan ketiga jari tengahnya menyentuh leher pembicara.Dalam Novel ini diceritakan seorang anak bernama Melati penderita buta dan tuli untuk bisa mengenali dunia, dan juga perjuangan seorang Pemuda bernama Karang untuk bisa keluar dari perasaan bersalah setelah kematian 18 anak didiknya dalam kecelakaan kapal. Melati bocah berusia 6 tahun yang buta dan tuli sejak dia berusia 3 tahun. Selama 3 tahun ini dunia melati gelap. Dia tidak memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga dan semua tertutup baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Bahkan tim dokter ahli yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati. Adalah Karang, yang akhirnya menjadi guru Melati. Karang sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalahnya hampir setiap hari menghantuinya selama 3 tahun terakhir. Dia bahkan hampir tidak berminat ketika ibunya Melati memintanya untuk membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap anak-anak Karang akhirnya datang memenuhi permintaan ibunya Melati. Tidak mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya Melati bisa mendengar apa yang dikatakan Karang ?, bagaimana caranya Melati bisa melihat? Bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati tidak mempunyai akses untuk tahu. Tidak mempunyai cara untuk mengenal apa yang ingin dia kenal. Karang hampir putus asa. Lalu keajaiban datang ketika air mancur membasuh lembut telapak tangan Melati. Melati merasakan aliran air di sela jemarinya. Saat itulah untuk pertama kalinya Karang melihat Melati tertawa. Karang akhirnya mengerti, melalui telapak tangan itulah karang menuliskan kata Air, dan meletakkan telapak tangan Melati kemulutnya dan berkata A-I-R. Melati akhirnya mengerti benda yang menyenangkan itu bernama air. Melalui telapak tangan Melati, air mancur yang mengalir di tangan dan sela-sela jarinya berhasil mencukilnya. Melalui telapak tangan itulah semua panca indera disitu. Akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia bisa mengenali orang tuanya, dia bisa mengenali kursi, sendok, pohon dan sebagainya.
No other version available