Fiksi
Menyimak Kicau Merajut Asa
awaban terindah pada pemfitnah: “Jika kau benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kau keliru, semoga Allah mengampunimu.â€rnrnJawaban terbaik pada penghina dan pencela kehormatan: “Yang kaukatakan tadi sebenarnya adalah pujian; sebab aslinya diriku lebih mengerikan.â€rnrnJawaban teragung pada caci maki dan kebusukan: “Bahkan walau ingin membalas, aku tak kuasa. Sebab aku tak punya kata-kata keji dan nista.â€rnrnTerjawablah pujian: “Moga Allah ampuni aib yang tak kautahu; tak menghukumku sebab sanjungmu; dan jadikanku lebih baik dari semua itu.â€rnrnJawaban termulia pada yang memuji: “Semoga Allah ampuni yang tak kau ketahui, semoga doamu membaikkan diriku dan dirimu.â€rnrnSungguh kumpulan kicauan @salimafillah “Menyimak Kicau Merajut Makna†ini adalah sekadar yang tercatat untuk direnungi. Terutama oleh pengicaunya. Dan jika Shalihin dan Shalihat pembaca berkenan membersamai muhasabahnya, alangkah bahagia dalam syukur hati kami ini. Moga apa yang Shalihin dan Shalihat renungi dari kumpulan kicauan ini mengilhamkan amal shalih yang kami pun tak terhalang dari pahalanya, menjadi bekal menghadap Allah 'Azza wa Jalla.
No other version available