Rembulan di Mata Ibu
Kupandangi telegram yang barusan kubaca.rnBatinku galaurnIbu sakit Diah, pulanglah!rnBegitu satu-satunya kalimat yang tertera di sana. Mbak Sri mnyuruhku pulang? Tapi … benarkah Ibu sakit?rnBayangan Ibu, dengan penampilannya yang tegar berkelebat. Rasanya baru kemarin aku masih melihatnya berjalan memberi makan ternak-ternak kami sendirian. Melalui padang rumput yang luas. Berputar-putar di sana berjam-jam. Mnegawasi rumah kecil kami yang hanya berupa noktah dari balik bukit.rnTidak. Ibu bahkan tak pernah kelihatan lelah di malam hari. Saat semua aktivitas seharian yang menguras kekuatan fisiknya berlalu. Ibu selalu kelihatan sangat kuat.rnTak hanya kauta, dari mulutnya pun masih kerap terdengar ungkapan-ungkapan pedas, khususnya yang ditujukan kepadaku.rn“Jadi perempuan jangan terlalu sering melamun Diah! BEkerja, itu akan membuat tubuhmu kuat!â€
No other version available