Ketika Aku Menyentuh Awan
Hidup berjalan begitu indah dan penuh sukacita bagi Tiara. Cerdas, cantik, enerjik, dan dikagumi banyak orang, itulah citra diri Tiara. Terlebih ketika ia terpilih menjadi juara Harapan Kedua Abang None Jakarta, membuat kekaguman teman, kekasih, dan keluarganya semakin bertambah. Namun kegembiraan dan kesedihan bagai hadir dalam satu paket kehidupan. Ketika berada dalam kebahagiaan dan cinta, langkah Tiara terhenti oleh penyakit yang langka. Demam berkepanjangan yang dideritanya diikuti rasa ngilu pada setiap persendiannya. Helai demi helai rambutnya yang indah tiba-tiba rontok begitu saja. Wajah cantiknya ternoda oleh bercak-bercak merah yang kadang muncul, kadang pergi. Tiara berubah dari seorang putri menjadi monster hidup. Dalam sakit, Tiara mempertanyakan Tuhan tentang semua ketidakadilan yang mesti ditanggungnya itu. Teman-teman berpaling dan kekasihnya pun pergi. Cinta dan kasih sayang keluargalah yang menyemangatinya untuk bertahan. Setelah sempat pergi, Tiara kembali dengan sebuah pemikiran, kalaupun Sang Pencipta ingin membuat tubuh yang sakit untuk memberi contoh agar orang-orang sehat dapat bersyukur, haruskah ia mempertanyakannya? Tiara bangkit. Ia menolak dikalahkan oleh penyakit. Ia memilih berdamai dengan Lupus dan menjadi semangat bagi siapa pun yang mengetahui kisahnya.
No other version available