Haji : Kesaksian seorang Mualaf
Salah satu ritus keagamaan tertua di dunia yang telah berlangsung selama lebih dari empat ribu tahun, adalah ibadah haji (al-hajj). Haji ke Mekah merupakan peribadatan dalam Islam untuk menunaikan Rukun Islam kelima. Al-Qur’an menegaskan bahwa peletak dasar ibadah haji ini adalah Nabi Ibrahim (Q.S.22:26-29).rnDikatakan bahwa ibadah haji merupakan perjalanan spiritual menuju Mekah secara berbondong-bondong setiap tahun, menunjukkan bahwa haji merupakan sarana spiritual yang mempererat hubungan umat Islam. Oleh karena itu, ibadah haji merupakan perwujudan dari kesatuan kaum muslim di seluruh dunia.rnKenikmatan, keindahan, dan kedamaian yang dirasakan selama melaksanakan Rukun Islam kelima ini diceritakan kembali dengan sangat menarik oleh Michael Wolfe, seorang muslim-mualaf asal Amerika Serikat (AS). Ia adalah seorang penyair dan penulis novel terkemuka di Santa Cruz, California, AS.rnDengan gaya penuturan yang polos dan lincah, Wolfe mengisahkan perjalanan dan pengalamannya ketika menunaikan ibadah haji, sebagaimana tertuang dalam bukunya berjudul Haji; Kesaksian Seorang Mualaf.rnSebagai seorang mualaf yang dibesarkan di Amerika, Wolfe menghadirkan pemahaman dan kejutan-kejutan tak terduga dalam memaknai ritus-ritus ziarah agung ini. Di samping itu juga segi-segi ajaran Islam lainnya seperti sholat dan puasa, juga beberapa dimensi kultural Islam yang sempat dijumpainya sepanjang perjalanannya menuju kota Mekah.rnMelalui buku ini, pembaca akan banyak mendapat gugus-gugus pengalaman keagamaan yang relatif lebih otentik. Pembaca dapat bercermin dan berbagi perspektif dalam menunaikan ibadah haji secara mendalam, jujur, kontekstual, dan kritis demi mengelak dari tipe-tipe ritualitas yang terancam hambar.rnCara penulisan Wolfe dalam narasi berbentuk novel memungkinkan pembaca dapat terlibat secara intens dengan pengalaman eksistensial penulisnya dalam menjalankan manasik, sehingga mampu menyentuh dimensi dalam diri spiritualitas Islam.rnKisah perjalanan menunaikan ibadah haji oleh seorang mualaf Amerika ini akan menggerakkan umat dari semua kepercayaan karena Wolfe mengisahkan sebuah perjalanan universal untuk meraih hakikat dan kedamaian.rnTidak banyak buku tentang perjalanan ibadah haji ditulis sendiri oleh pelakunya. Diperlukan suatu kepekaan khusus untuk menulis ritual agung ibadah haji ini dengan baik. Namun demikian, Wolfe telah melakukannya dengan sangat tepat dan mengagumkan. Ia telah melucuti selubung dari kegiatan kuno dan suci ini, sekalipun menghadirkan gambaran kaum muslim yang simpatik dan dinamis.rnDari bab ke bab lain, sebagaimana diakui Wolfe, betapa buku ini memuat kisah banyak orang dalam gerak dinamis yang tiada tara. Dengan begitu, ia membenamkan kesan pada hampir setiap orang Islam pada saat mereka memutuskan untuk menunaikan ibadah haji.rnMenjumpai orang-orang tak dikenal di sepanjang jalan di Mekah, membuat seseorang mengerti bahwa kesibukan yang dialami sejak dia akan mulai berangkat pun, bila direka-reka, adalah sebuah bentuk persiapan untuk suatu pergaulan yang jauh lebih besar, yang akan dialaminya kala melintasi perjalanan ke Mekah.rnDengan demikian, seseorang yang berziarah ke Mekah sekaligus mengembang dan melebur selama perjalanannya itu, hingga pada puncak penziarahan dia menjadi terbenam dan tak dikenal, laksana selembar daun dalam suatu arus deras.rnLantaran ibadah haji itu melibatkan banyak orang, maka ia juga penuh dengan luapan kejadian kecil yang tak terhitung serta perasaan yang tak terbilang. Wolfe berusaha menumpahkan detail kisah-kisah perjalanan spiritualnya tersebut dalam buku ini.rnTerdapat tiga kata yang mengekspresikan pengertian yang berdekatan, yakni al-Hajj (haji yang terbesar), al-‘Umrah (haji yang lebih kecil, atau kunjungan), dan al-Ziyarah (kunjungan/berkunjung). Ibadah haji diwajibkan bagi kaum muslim yang “mampu menempuh perjalanan†(QS.23:97) menuju kota Mekah.rnUmrah dilaksanakan hampir sama dengan haji, dapat dilaksanakan pada setiap waktu, namun tidak terdapat wukuf di padang Arafah. Adapun Ziarah adalah berkunjung ke makam Nabi Muhammad SAW di Medinah, yang tidak tergolong ritual keagamaan dalam Islam—bahkan terdapat hadis yang melarang ziarah ke makam.rnAl-Qur’an menyatakan bahwa telah terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan ibadah haji di kalangan pagan bangsa Arab: “Peribadatan mereka di sekitar Ka’bah tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan belaka.†(QS.8:35)rnDengan mempertahankan unsur-unsur utama dalam ibadah haji yang tengah berlangsung, Nabi SAW memberikan bentuk praktik ibadah haji yang benar sebagaimana yang pernah dilaksanakan oleh Nabi SAW dua kali bersama umat Islam setelah berada di Medinah, yakni pada tahun ketujuh Hijriyah (Maret 629) dan haji Wada’ pada tahun kesepuluh Hijriyah (Maret 632).rnTempat-tempat pelaksanaan ibadah haji meliputi Masjidilharam (Mekah), Mina, Muzdalifah, dan di padang Arafah. Di tempat-tempat suci dan mulia inilah Michael Wolfe dengan sangat simpatik dan memikat menceritakan kembali pengalaman spiritualnya sebagai mualaf Amerika ketika melaksanakan ibadah haji.
No other version available