Bujang dan Putri Malaka : Makna Hidup Ala si Bujang
Apa yang kita pikirkan saat menyapu daun-daun kering yang berserakan di halaman? Atau saat makan bubur? Saat menyiram tanaman? Saat hujan? Atau mungkin saat kehilangan barang?rnrnKalau kita tidak berpikir apapun, bisa jadi karena kita memang kurang peka terhadap hikmah yang berserak-serakan di alam semesta ini dan bahkan di setiap peristiwa. Nah, bisa jadi itulah tandanya kita membutuhkan pelajaran si Bujang dalam buku ini!rnrnDi buku ini, bahkan menyapu halaman pun bisa mengandung hikmah yang besar! Murid-murid Bujang menemukan hikmah bahwa menyapu daun-daun kering di halaman mirip dengan membersihkan hati dari kotoran! Jika setiap hari dibersihkan, sudah pasti hati akan lebih kinclong. Sementara jika hati dibiarkan lama tidak â€disapuâ€, maka sama seperti halaman yang kotor... daun-daun kering yang awalnya mudah dibersihkan lama-kelamaan malah jadi sulit disapu, butuh alat yang lebih dari sekedar sapu lidi untuk menghilangkan sampah lama tersebut.rnrnDemikian juga dengan hujan, buku ini mengisahkan hujan bukan sekedar air yang turun dari langit, ada hikmah lain yang bisa kita peroleh saat memikirkan peristiwa hujan. Misalnya... mengapa hujan bisa bermanfaat tapi kok bisa juga tidak berguna sama sekali? Rupanya bila diibaratkan sebagai ilmu atau petunjuk, hujan bisa bermanfaat atau tidak bermanfaat sebenarnya tergantung di bumi mana ia turun. Jika hujan turun di tanah yang baik, ia bisa menumbuhkan tanaman, akan tetapi jika hujan turun di rawa-rawa, sama sekali bisa tidak berguna, bagaikan petunjuk dan ilmu yang diberi pada orang yang tidak peduli dengan petunjuk tersebut. Jadi intinya... bukan hujannya saja yang perlu diperhatikan, tapi juga jenis tanah di mana tempat hujan itu turun. So, kalau mau setiap petunjuk (sunah maupun Quran) berguna untuk diri kita, jadikanlah diri kita sebagai tanah yang siap memanfaatkan setiap tetes hujan yang turun! Wow...rnrnJujur saja, kisah-kisah singkat dalam buku ini rasanya amat dibutuhkan untuk memperkaya diri kita dengan ilmu hikmah. Sering kali kita kehilangan hikmah dari suatu peristiwa hanya karena kita tidak terbiasa berpikir mendalam. Padahal ada banyak sekali hal yang butuh direnungi dan dapat membuat kita lebih kaya.rnrnMemang jika dibandingkan dengan kisah Bujang di buku sebelumnya (Jalan Cinta Darussalam), kisah-kisah di buku ini jauh terasa lebih kental nuansa dakwahnya. Mungkin karena tokoh si Bujang di sini telah menjadi seorang guru hikmah. Rasanya akan jauh lebih menyenangkan kalau penulisnya tidak terburu-buru dalam membungkus hikmah di setiap kisah, sehingga pembaca mencerna setiap cerita dengan lebih seru, asyik, dan tidak merasa tengah disuguhi ceramah.rnrnMeski demikian, kisah-kisah Bujang—tidak dapat dipungkiri—telah berhasil menginspirasi pembacanya untuk mau berpikir mengenai hikmah dan makna hidup di balik setiap kejadian, bahkan kejadian yang terlihat sepele sekalipun. Miliki segera buku ini, baca, dan rasakan hikmah dalam tiap kisahnya!
No other version available