Textbook
Dunia Alice
Siang itu begitu terik. Bahkan kerimbunan pohon-pohon di sekitar taman tempat perhelatan festival di wilayah utara Australia itu tak mampu menghadang berkas sinar yang menerobos dedaunan. Panas masih terasa sengit di kulit. Namun, suasana begitu santai. semua orang mengenakan setelan kasual: celana pendek dan kaus oblong. Para pekerja di pusat kota bahkan hanya bercelana pendek saja dan membiarkan bagian atas badan mereka terbakar terik mentari bersuhu 33 derajat. Ini wilayah Australia yang paling mirip dengan suhu di banyak wilayah di Indonesia.rnrnDuduk di sebuah kursi tanpa lengan saya dan banyak peserta lainnya menghadap sebuah panggung alam berupa sebuah akar besar memanjang sehinga cukup dijadikan tempat duduk. Di situlah, untuk pertama kalinya, melenggang seorang perempuan asia mungil yang cantik sebagai pembaca pertama: Alice Pung.rnrnSaya belum pernah membaca karya Alice Pung, atau bahkan mengenal profilnya. Tetapi, siang yang terik itu menjadi lebih bersahabat dengan cerita-ceritanya yang lucu dan mengejutkan. Lucu, karena ia bercerita apa adanya dengan humor yang segar. Dalam bukunya ALice menulis, “I was manufactured in Thailand and assembled in Australia, with Chinese parts.†Dalam kesempatan lain ALice bercerita tentang kisah keluarganya yang sangat senang karena berhasil membeli daging kalengan yang murah dan enak di supermarket hanya untuk mengetahui di kemudian hari bahwa mereka telah membeli makanan untuk pakan hewan.rnrnJadi, lengkaplah sudah siang itu. Mendengarkan kisah menarik nan segar dari seorang penulis cerdas seperti Alice adalah kombinasi yang langka. Silakan diintip tampilan kovernya untuk edisi indonesia.
No other version available